MPKD – UGM. Bebricara sudut pandang pedestrian atau ruang publik untuk city walk atau untuk pejalan kaki di tengah kota merupakan kenangan bagi teman-teman yang sering bepergian disuatu wilayah yang dengan ditatanya sebuah kota dan segala sesuatunya dengan terhubungan semua elemen itu. City walk atau pedestrian pada suatu ruang lingkup kota merupakan sebagian dari wajah suatu kota itu tertata dengan konsep-konsep dan tata ruang yang apik atau memadai atau sekedar fungsi kota menjadi bagian dari perkembangan dari kemajemukan dan kompleksitas marjinal.Elemen-elemen yang mengusungnya sebagian besar sudah baku dalam aturan dan skenario yang selaras namun dalam kenyataan pada lapangan semua elemen-elemen itu seakan berjalan sendiri-sendiri. Seperti yang diutarakan atau pada materi yang ada di okezone berkenaan tema diatas bagaimana mencitrakan suasana Pedestrian dan City Walk digambar secara detail.
PEDESTRIAN adalah tempat pejalan kaki atau pedestrian adalah fasilitas bagi pejalan kaki, agar mereka dapat menggunakan jalur ini dengan aman, nyaman, dan menikmati keindahan lingkungan sekitar. Fungsi dari pedestrian menghubungkan antara satu atau beberapa bangunan atau fungsi tertentu. Berpindah dari satu bangunan ke bangunan lain, tidak ada salahnya kalau berjalan kaki. Selain juga sehat, dengan berjalan kaki maka akan mengurangi polusi.
Pedestrian
Di beberapa kota besar, pedestrian dibuat senyaman dan aman mungkin. Karena pedestrian bagian dari elemen pembentuk fisik sebuah kota. Sebuah kota yang hidup bila warganya bisa menikmati ruang ruang terbuka kota.
Pedestrian mutlak ada di perkotaan, desa, atau kawasan tertentu, tentunya dengan jarak jangkau yang tepat, tidak terlalu jauh. Jarak tempuh yang tidak masuk akal, membuat pengguna malas untuk berjalan kaki. Apalagi jika pedestrian tidak nyaman.
Pedestrian yang nyaman cukup rindang, banyak pohon di tanam sepanjang pedestrian, dan tidak terdapat elemen fisik yang tidak membahayakan, seperti lubang, polisi tidur, dan lain lain.
Pedestrian juga memiliki kejelasan orientasi untuk memudahkan pengguna sehingga tidak tersesat. Yang tidak kalah penting, pedestrian memiliki lebar yang cukup, supaya pejalan kaki merasa nyaman menggunakannya. Lebar yang terlalu sempit, maka pejalan kaki tidak dapat berjalan sambil ngobrol atau bahkan bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya.
Pedestrian juga dapat untuk mengarahkan pejalan kaki pada beberapa obyek tertentu. “Berkomunikasi arsitektural” tidak menggunakan tulisan tapi menggunakan simbol-simbol morfologi arsitektur dan tipologi arsitektur.
Pedestrian termasuk ruangan publik milik publik dan digunakan oleh umum, dan termasuk outdoor public space, karena terletak di luar bangunan. Pedestrian termasuk juga urban space, karena dibatasi oleh elemen-elemen fisik buatan manusia. Contohnya pedestrian disepanjang perkantoran. Pedestrian ini dibatasi oleh bangunan-bangunan, jalan raya atau lingkungan, dan taman.
Berbeda lagi dengan pedestrian di hotel, contohnya yang ada di Hotel Raffles Singapore. Pedestrian dengan lebar yang boleh dibilang sempit, menghubungkan antara bangunan satu dengan bangunan lainnya. Memang dari syarat ukuran, tidak memenuhi syarat, karena lebar yang terlalu sempit, menyulitkan pejalan kaki yang berjajar.
Tetapi pedestrian ini dapat menyampaikan pesan ramah dan nyaman bagi pejalan kaki. Tidak ada pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian, tetapi tetap bisa memberikan fungsi lain pada satu bagian pedestrian yang panjang tersebut.
Sebagai pemberhentian bis, pengguna bisa duduk dengan tertib di kursi yang disediakan di selasar ini. Kursi yang disediakan tidak banyak memang, tapi kalau menunggu bisa sambil berdiri pun tidak lelah, karena jam kedatangan bisa yang sering dan tepat.
City Walk
Saudara kandung dari pedestrian adalah city walk, yang dibuat untuk menghubungkan obyek-obyek komersial, dengan lebar jalan dua sampai enam meter.
Pertemuan antar beberapa city walk digunakan untuk ruang pertunjukan terbuka. Tempat ini dapat digunakan untuk menarik pengunjung, sehingga lokasi tersebut menjadi hidup lagi. Seperti di Clark Quay, Singapura, kawasan ini dihidupkan kembali dengan menghadirkan tempat duduk-duduk yang bisa sambil makan, ngobrol, dan mengadakan pertunjukan.
Kawasan ini juga tidak hanya menampung kegiatan untuk golongan tertentu saja, tetapi dari segala golongan. Yang hanya ingin duduk saja sambil ngobrol bisa duduk di tepi sungai dan memandang perahu wisata yang melintas. Sedangkan untuk kalangan yang memiliki uang, dapat masuk di restoran apung yang berada di sungai sekitar Clark Quay tersebut.
Begitu juga untuk kaum muda, dapat memilih restoran yang sesuai dengan keinginannya. Restoran yang ditawarkan juga beragam, dari yang hanya berbentuk cafe atau ada juga restoran yang lebih formal. Seperti disain outdoor cafe, beberapa kursi dan meja diletakkan di udara terbuka, membaur dengan lalu lalang pengunjung.
City walk dapat merubah suatu kawasan yang sudah tidak hidup lagi, menjadi kawasan penuh kehidupan. Di beberapa tempat dibuat penggung terbuka untuk pagelaran musik, sehingga outdoor cafe tadi dapat membaur dengan panggung tersebut. Panggung tersebut termasuk angkur kegiatan dari aktivitas pejalan kaki.
Untuk pedestrian di sepanjang jalan Sudirman Jakarta, lebar jalan yang boleh dibilang kurang memenuhi syarat, apalagi kendaraan bermotor ikut melintas pedestrian tersebut. Penataan beberapa bangunan tinggi dengan pagar yang rapat lengkap dengan pos pengamanan di sepanjang jalan Sudirman, memberikan image terkotak-kotak dan egois. Berbeda dengan bangunan tinggi di Negara tetangga, wah, saya membandingkan lagi. Tetapi tidak ada salahnya untuk belajar menjadi lebih baik.
Seperti pedestrian di Water Front Kuching, Malaysia, aktivitas pejalan kaki diberi fasilitas untuk duduk, berdiri, berjalan, berbaring, berlari, dan bermain. Setiap pedestrian akan lebih baik bila memiliki karakter dan identitas pedestrian.
Pedestrian dan city walk di Clark Quay tentu berbeda gpedestrian di Water Front Kuching, dan berbeda pula dengan pedestrian Jl Jendral Sudirman. Tetapi kesemuanya memiliki ciri ciri pedestrian, tinggal menerapkan kaidah-kaidah pedestrian yang baik.
Sumber : Rita Laksmitasari – Direktur Mitra Bangun Sekawan (rhs) | okezone