MPKD UGM. Kearifan Lokal Suku Kajang Dalam Penataan Ruang merupakan publikasi tesis dari Supriadi Takwim yang wisuda pada periode Oktober 2013 ini. Pembimbing adalah : Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D. dan Ir. Didik Kristiadi, MLA., M.Arch.UD. Kasus kearifan lokal Suku Kajang dalam penataan ruang di wilayah mereka. Penataan ruang dewasa ini membutuhkan keberadaan pengetahuan lokal, karena dalam pembangunan sesungguhnya memiliki peran dan arti penting yang sejajar dengan pengetahuan ilmiah modern.
Kearifan lokal merupakan sumber inspirasi utama bagi terbentuknya semangat dan pengetahuan lokal (indigenous knowledge), sehingga masyarakat lokal akan memiliki kemampuan untuk memperkuat daya adaptasinya (adaptive capacity) terhadap berbagai perubahan, baik internal maupun eksternal. Dengan demikian penduduk lokal dapat mengembangkan pranata sosial yang ada untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik secara sosial, ekonomi, dan politik.
Nilai-nilai budaya dapat ditempatkan sebagai salah satu kekuatan penggerak (driving force) bagi kemajuan wilayah, terutama dalam mengembangkan kapabilitas, kompetensi, dan reputasi wilayah. Penguasaan nilai-nilai budaya lokal dapat dijadikan instrumen untuk menciptakan kepribadian dan mental penduduk yang senantiasa mau untuk terus belajar (learning nation). Proses pembelajaran ini penting agar dapat menciptakan daya saing suatu wilayah. Oleh karena itu proses kemajuan ekonomi lokal tidak dapat dipisahkan dari peningkatan kemampuan sumberdaya manusia (human capital).
Ajaran Pasang ri Kajang dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan pesan berupa pengetahuan lokal, seperti nilai Kamase-mase yang mengangkat tentang kebersahajaan dan pemanfaatan ruang dengan asas “secukupnya” kemudian didialogkan dengan teori perencanaan yang mempertimbangkan aspek pertimbangan budaya lokal dalam perencanaan. Isu utama yang menjadi dasar untuk memahami proses dialog antara ajaran Pasang Ri Kajang dengan kegiatan perencanaan didasari pada pemikiran bahwa tidak efektifnya komunikasi dalam proses perencanaan. Perencana merasa bahwa dengan teknik-teknik yang dimilikinya, mereka mampu memecahkan berbagai masalah karena dapat melihat kerumitan masalah dengan lebih rasional. Sedangkan masyarakat sebagai klien beranggapan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, karena sudah teruji secara alamiah.
Baca selengkapnya : Kearifan Lokal Suku Kajang Dalam Penataan Ruang
Pembaca blog MPKD UGM silahkan untuk berbagi tulisan dan tanggapan yang bersifat positif dan membangun. Untuk komentar silahkan anda masukan di bawah tulisan atau anda bisa menyebarkan tulisan ini dengan mengklik ikon bagikan ini dan beri penilaian dengan like this. Anda juga bisa masuk di page mpkd dengan alamat sebagai berikut : Page MPKD UGM. Serta kunjungi juga groupnay MPKD di Magister Perencanaan Kota & Daerah di facebook.