MPKD UGM. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh dan berkembang secara cepat. Pertumbuhan sektor industri akan mampu memberikan lapangan kerja, menyediakan kebutuhan barang dan jasa serta memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB.
Terkonsentrasi lokasi industri di suatu wilayah dapat mempercepat pertumbuhan industri dalam wilayah tersebut. Pengelompokan industri ini dapat memberikan manfaat akibat lokasi industri yang saling berdekatan. Pengembangan IBS didasarkan pada suatu pemikiran bahwa percepatan pembangunan IBS akan terjadi bila mampu menarik investasi.
Studi Komparasi Perkembangan Industri Besar Dan Sedang (IBS) Antara Kota Semarang Dan Kabupaten Cilacap Tahun 2001-2010, tesis yang disusun oleh : Heriani Sembiring NIM : 12/343845/PTK/08807. Pembimbing Utama : Ir. Kawik Sugiana, M.Eng., Ph.D. Pembimbing Pendamping : Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc.
Industri Besar Sedang (IBS) mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi Jawa Tengah. Pertumbuhan sektor industri akan mampu memberikan lapangan kerja, menyediakan kebutuhan barang dan jasa serta memberikan kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kegiatan ekonomi Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap memberikan sumbangan sekitar 21,50% terhadap pembentukan PDRB Jawa Tengah sementara luas kedua wilayah tersebut hanya 8,07%. Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor industri di kedua wilayah tersebut mencapai 20,33%. Kedua wilayah ini juga mempunyai fasilitas sarana penunjang industri yang sangat lengkap seperti bandar udara dan pelabuhan.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui adanya perbedaan tingkat perkembangan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap, dan (b) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat perkembangan tersebut.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 4 faktor, yaitu faktor fisik (bahan baku, jaringan jalan, bandar udara, pelabuhan dan energi listrik); faktor SDM (jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan tingkat pendidikan); faktor sosial (kebijakan pemerintah); dan faktor ekonomi (investasi, upah dan kondisi perekonomian). Penelitian ini menggunakan metode deduktif kualitatif dan kuantatif. Secara statistik, analisis data dilakukan dengan menggunkan uji t. Metode tersebut didukung pula penggunaan metode analisis
deskritif dan tipologi daerah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan IBS di Kota Semarang lebih cepat dibandingkan perkembangan IBS di Kabupaten Cilacap. Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan IBS Kota Semarang yaitu jaringan jalan, bandara, pelabuhan, energi listrik, tingkat pendidikan upah, investasi dan kondisi perekonomian. Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan IBS Kabupaten Cilacap yaitu jaringan jalan, pelabuhan, energi listrik, kebijakan pemerintah, investasi dan kondisi perekonomian. Pada kasus ini, kebijakan pemerintah tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan IBS. Secara teoritik variabel kebijakan pemerintah sangat diperlukan, namun pada kasus ini kurangnya pengaruh variabel kebijakan pemerintah dapat digantikan oleh pengaruh dari variabel yang lain, seperti infrastruktur, tingkat pendidikan, investasi dan kondisi perekonomian.
Pembaca web MPKD UGM silahkan untuk berbagi tulisan dan tanggapan yang bersifat positif dan membangun. Untuk komentar silahkan anda masukan di bawah tulisan atau anda bisa menyebarkan tulisan ini dengan mengklik ikon bagikan ini dan beri penilaian dengan like this. Anda juga bisa masuk di page mpkd dengan alamat sebagai berikut : Page MPKD UGM. Serta kunjungi juga groupnya MPKD di Magister Perencanaan Kota & Daerah di facebook. Pembaca yang budiman selain melalui google drive, naskah publikasi ini bisa juga di akses melalui website : http://etd.ugm.ac.id.