MPKD UGM. Adaptasi Pengungsi Erupsi Merapi 2010 Terhadap Permukiman Baru (Adaptation Of Merapi Eruption Refugees In 2010 To The New Settlements) sebuah tesis yang disusun oleh : Hesti Widayani NIM :12/343844/PTK/08806. Pembimbing Utama : Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D. Pembimbing Pendamping : Ir. Gunung Radjiman, M.Sc. Erupsi Merapi yang terjadi pada Tahun 2010 telah mengubur sejumlah dusun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan mengakibatkan ribuan rumah mengalami kerusakan.
Selanjutnya kawasan tersebut ditetapkan menjadi Kawasan Rawan Bencana III yang tidak direkomendasikan sebagai hunian penduduk. Dengan kondisi demikian, maka penduduk yang semula mendiami kawasan tersebut, direlokasi ke tempat lain yang disebut hunian tetap. Permukiman di hunian tetap berupa bangunan rumah-rumah berderet, berdempet dengan pekarangan sempit yang dilengkapi dengan fasilitas umum seperti masjid, saluran drainase, jalan lingkungan berkonblok, kandang ternak komunal serta gudang dan PAUD. Keadaan tersebut sangat berbeda dengan permukiman semula milik warga, yang berupa rumah-rumah lapang, pekarangan luas, dan jarak antar rumah yang saling berjauhan. Perbedaan tersebut menuntut para warga pengungsi ini untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal barunya.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan eksplorasi untuk membangun konsep tentang adaptasi yang dilakukan korban erupsi Merapi terhadap permukiman baru di Hunian Tetap Batur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan logika berfikir induktif dengan metode fenomenologi. Metode fenomenologi merupakan penelitian yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang yang berada dalam situasi tersebut.Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif kualitatif.
Hasil dan kesimpulan penelitian ini dapat diabstraksikan dalam konsep “narimo kanyatan (realistis) manggon ing papan relokasi” yang dapat dimaknai menerima kenyataan kehilangan rumah dan harta bendanya akibat bencana erupsi Merapi yang dialami dan bersedia tinggal di tempat relokasi dengan segala keterbatasannya. Konsep narimo kanyatan atau realistis yang dimaksud adalah sikap berserah diri kepada Tuhan yang menciptakan Merapi dan dampak yang menyertainya. Konsep ini juga diartikan tidak berpangku tangan dan hanya berdiam diri menghadapi segala perubahan yang terjadi pasca bencana dan berusaha melakukan adaptasi terhadap lingkungan barunya secara aktif.
Adaptasi yang dilakukan warga penghuni Huntap Batur ini meliputi adaptasi terhadap perubahan fisik, sosial dan ekonomi yang dialami di permukiman baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi warga pengungsi ini meliputi kesadaran dan pemahaman akan alasan mereka harus direlokasi, yang membentuk sikap menerima keadaan yang harus dilakoni dan rasa bersyukur akan kepemilikan rumah pasca bencana. Sementara itu faktor pendorong dari luar adalah kebersamaan dan perasaan senasib sepenanggungan dengan sesama pengungsi yang sama-sama menghuni Huntap Batur, penataan rumah yang mempertimbangkan kesan permukiman yang lama serta fasilitas di huntap yang memadai.
Pembaca web MPKD UGM silahkan untuk berbagi tulisan dan tanggapan yang bersifat positif dan membangun. Untuk komentar silahkan anda masukan di bawah tulisan atau anda bisa menyebarkan tulisan ini dengan mengklik ikon bagikan ini dan beri penilaian dengan like this. Anda juga bisa masuk di page mpkd dengan alamat sebagai berikut : Page MPKD UGM. Serta kunjungi juga groupnya MPKD di Magister Perencanaan Kota & Daerah di facebook. Pembaca yang budiman selain melalui google drive, naskah publikasi ini bisa juga di akses melalui website : http://etd.ugm.ac.id.