Ide Kota Inklusif Di Kota Yogyakarta: Persepsi Publik, salah satunya adalah dengan melihat persepsi masyarakat terhadap pembangunan di kota Yogyakarta dari perspektif tiga dimensi kota inklusif yang dibagi dalam beberapa indikator. Tesis ini hasil karya dari saudara : Honas Firdaus, S.T., M.IDS., M.URP. mahasiswa Linkage angkatan 2014 Pembimbing Utama : Muhammad Sani Roychansyah, S.T., M.Eng., D.Eng.
Pada tahun 2015 Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan empat kecamatan yaitu Wirobrajan, Gondokusuman, Kotagede dan Wirobrajan sebagai pilot proyek kebijakan pembanguan dengan konsep kota inklusi. Kota inklusi adalah kota dimana semua masyarakat mampu hidup bersama-sama dengan aman dan nyaman, serta mempuntai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi penuh dalam dimensi spasial,sosial dan ekonomi tanpa adanya diskriminasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan yang telah ada sejalan dengan prinsip pembangunan inklusif dengan cara mencari persepsi masyarakat terhadap kebijakan pembangunan yang berjalan selama ini. Salah satunya adalah dengan melihat persepsi masyarakat terhadap pembangunan di kota Yogyakarta
dari perspektif tiga dimensi kota inklusif yang dibagi dalam beberapa indikator. Selain itu, perlu diketahui persepsi stakeholder dan orang tua mengenai kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta yang telah mengadopsi konsep inklusi pembangunan, yaitu kebijakan pendidikan inklusif yang telah berjalan dari tahun 2008.
Metodologi penelitian ini menggunakan metode campuran, salah satu metode menganalisisnya adalah Importance Pemformance Analysis (IPA). Metode ini digunakan untuk mengetahui indikator yang berkinerja baik dan indikator yang perlu ditingkatkan dan membutuhkan tindakan perbaikan secepatnya. IPA tidak hanya untuk menguji kinerja indikator tetapi juga pentingnya indikator sebagai faktor penentu dalam kepuasan atau penilaian masyarakat.
Hasil penelitian menunjukan tingkat kepentingan untuk semua indikator adalah 4,49 dan tingkat kinerjanya adalah 3,69. Dengan skor kinerja masih di bawah skor kepentingan, dapat disimpulkan bahwa tingkat inklusifitas Kota Yogyakarta masih belum mencapai 100%. Dapat disimpulkan bahwa kinerja pembangunan belum memenuhi harapan masyarakat. Oleh karena itu, indikator di kuadran A dan C perlu ditingkatkan dan membutuhkan perbaikan.
Dari penelitian ini juga disimpulkan bahwa hanya 53% orang tua merasa puas terhadap program pendidikan inklusi, sementara 38% menyatakan cukup, dan 9% tidak puas. Selain itu, berdasarkan persepsi guru,
menyatakan bahwa output dalam hal fasilitas, jumlah guru profesional dan penilaian berkelanjutan kondisi anak-anak dan kinerja pendidikan sangat tidak memadai. (Artikel by Honas Firdaus Photo by MediaIndonesia)